JAKARTA - Jasa Raharja meluncurkan strategi inovatif untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas dengan merangkul aparatur di tingkat kecamatan dan desa di seluruh penjuru Indonesia. Inisiatif ini bertujuan membentuk garda terdepan keselamatan di komunitas terkecil, menumbuhkan kesadaran berlalu lintas dari akar rumput.
Program bertajuk ‘Intensifikasi Keselamatan Transportasi Berbasis Domisili Korban melalui Pemberdayaan Aparatur Kecamatan dan Desa’ ini merupakan puncak perayaan ‘Keselamatan untuk Indonesia Maju’. Pendekatan baru ini berfokus pada modifikasi perilaku masyarakat, menyadari bahwa dominasi faktor kesalahan manusia (human error) menuntut penanganan yang lebih mendalam dari sekadar fokus pada titik rawan kecelakaan.
Aparatur kecamatan dan desa, dengan kedekatan sosial dan pemahaman mendalam tentang karakteristik wilayahnya, dinilai sebagai figur ideal untuk menjadi ‘Agen Keselamatan Transportasi’. Keberadaan mereka memungkinkan edukasi, pengawasan, dan pendampingan yang lebih intensif dan berkelanjutan, membuka potensi penyebaran informasi keselamatan kepada ratusan warga melalui satu agen.
“Ini adalah aksi nyata kami dalam melayani sepenuh hati, memastikan kampanye keselamatan kami berdampak dan tepat sasaran, ” ujar Plt. Direktur Utama Jasa Raharja, Dewi Aryani Suzana. “Kami ingin program keselamatan berawal dari komunitas, dipimpin oleh tokoh yang dihormati setempat. Pendekatan berbasis domisili korban membantu kami memahami pola risiko secara lebih jelas, sehingga intervensi dapat diberikan di tempat yang paling membutuhkan.”
Program ini menyasar 156 kecamatan di 10 wilayah prioritas nasional, termasuk Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatra Utara, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, Banten, Sumatra Barat, dan Sumatra Selatan. Diperkirakan 10.920 aparatur kecamatan dan desa akan terlibat sebagai Agen Keselamatan Transportasi.
Pelaksanaan kegiatan yang berlangsung dari November hingga Desember 2025 ini melibatkan narasumber dari kepolisian dan pakar keselamatan transportasi. Setiap sesi akan mencakup sosialisasi data risiko, edukasi solusi pencegahan, diskusi interaktif untuk menghasilkan ide konkret, dan deklarasi komitmen sebagai penguatan moral para agen keselamatan.
“Memahami pola risiko dan kondisi sosial masyarakat adalah kunci sebelum melakukan intervensi keselamatan, ” tegas Dewi. “Keterlibatan aparatur kecamatan dan desa memastikan pesan keselamatan tidak hanya disampaikan, tetapi benar-benar dihidupi oleh warga dalam kehidupan sehari-hari.”
Melalui pendekatan berbasis domisili korban dan pemberdayaan aparatur lokal, Jasa Raharja menargetkan peningkatan pemahaman masyarakat, tersusunnya rencana aksi berkelanjutan, dan penurunan angka kecelakaan di wilayah prioritas. Kolaborasi erat dengan pemangku kepentingan lokal diharapkan dapat mempercepat transformasi budaya keselamatan di seluruh Indonesia.

Updates.